PERTOLONGAN DARURAT GIGITAN ULAR

Aktifitas di alam terbuka memiliki risiko yang besar. Salah satunya adalah ancaman risiko dari gangguan binatang. Gangguan binatang ini bisa bermacam-macam jenisnya, antara lain gangguan dari binatang ular. Pada prinsipnya ular adalah binatang pemalu yang cenderung akan menjauh bila bertemu manusia selama tidak merasa terganggu atau terancam.

Karakteristik serangan ular ada yang membunuh mangsanya dengan cara melilit sampai mati baru memangsa, adapula yang melakukan dengan gigitan. Ular dengan tipe serangan dengan gigitan memiliki bahaya yang berbeda, tentunya tergantung jenis ularnya berbisa atau tidak (nonpoisonous). 

Kejadian gigitan ular di lalm terbuka kadang tidak diketahui jenis ular yang menggigit. Apakah berbisa atau tidak. Salah satu cara menilai apakah gigitan tersebut dari ular berbisa atau tidak bisa dilihat dari bekas gigitan. Ciri-ciri ular berbisa memiliki dua gigi khusus atau taring yang berfungsi seperti jarum suntuk untuk mengalirkan racun ke obyek yang digigit. Jika bekas gigitan ada dua tanda tusukan berjejer dengan dekat dapat diamati pada kulit, maka dapat dipastikan bahwa gigitan tersebut dari ular beracun. Sedangkan untuk ular yang tidak beracun bekas gigitannya tidak beraturan karena tidak memiliki taring.

Yang harus diingat adalah, apapun bentuk gigitan ular baik dari ular berbisa maupun tidak boleh disepelekan dan harus segera dilakukan penanganan pertolongan.

Bekas gigitanan ular. (A) Ular tidak berbisa tanpa bekas taring, (B) Ular berbisa
dengan bekas taring

Gambaran gigian ular berbisa akan timbul rasa nyeri daerah gigitan (muncul segera setelah gigitan), daerah gigitan bengkak, ekimosis atau kemerahan memar (dapat cepat berkembang), reaksi emosi yang kuat, gejala sistemik yang muncul penglihatan kembar/kabur, mengantuk, sakit kepala, pusing dan pingsan, mual dan atau muntah dan diare, rasa sakit atau berat didada dan perut, sukar bernafas dan berkeringat banyak, kesulitan menelan serta kaku di daerah leher dan geraham. Yang parah bisa sampai kejang hingga koma yang apabila tidak mendapatkan pertolongan dapat mengakibatkan kematian.

Upaya pertolongan darurat sangat mendukung keselamatan korban sebelum ditangani secara klinis. Berikut tindakan darurat pada penanganan gigitan ular.

-        Tenangkan korban

Tenangkan korban. Kepanikan dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah dan nadi, sehingga dapat mempercepat penyebaran racun

-        Bersihkan bagian yang terluka dengan cairan faal atau air steril.
-        Immobilisasi korban

Istirahatkan korban. Jangan banyak melakukaan pergerakan. Hal ini dilakukan juga untuk mencegah penyebaran racun dalam darah.

-        Jangan manipulasi gigitan!

Jangan memukul mukul daerah sekitar gigitan ataupun membuat luka sayatan pada gigitan dengan tujuan agar darah banyak keluar sehingga racun ikut keluar. Pada umumnya terjadi salah pengertian mengenai pengelolaan gigitan ular. Metode penggunaan torniket (diikat dengan keras sehingga menghambat peredaran darah), insisi (pengirisan dengan alat tajam), pengisapan tempat gigitan, pendinginan daerah yang digigit, pemberian antihistamin dan kortikosteroid harus dihindari karena tidak terbukti manfaatnya.

Imobilisasi bagian tubuh
menggunakan perban.

- Untuk efek lokal dianjurkan imobilisasi menggunakan perban katun elastis dengan lebar +/- 10 cm, panjang 45 m, yang dibalutkan kuat di sekeliling bagian tubuh yang tergigit, mulai dari ujung jari kaki sampai bagian yang terdekat dengan gigitan. Bungkus rapat dengan perban seperti membungkus kaki yang terkilir, tetapi ikatan jangan terlalu kencang agar aliran darah tidak terganggu. Penggunaan torniket tidak dianjurkan karena dapat mengganggu aliran darah dan pelepasan torniket dapat menyebabkan efek sistemik yang lebih berat.

-        Segera bawa ke dokter/RS.

Informasikan kepada dokter kronologi kejadian, termasuk berapa lama korban sampai ke rumah sakit, gejala yang muncul pada korban dan dan penanganan darurat yang sudah dilakukan.