STOP "sebuah kontemplasi survival" 
Oleh : Naibul Umam

STOP (seat, thinking, observation and planning) telah kita kenal dalam ranah pengetahuan alam terbuka terutama yang senang blusukan alas dan dolanan SAR. Sebuah petuah bagi mereka yang sedang tersesat atau yang ingin mencari rute jalan baru atau tim SAR yang kesulitan menemukan korbannya. Ada baiknya perspektif ini digunakan dalam kehidupan sehari-hari, tentu bagi mereka yang tertarik aja.  

Seat bisa bermakna duduk, lungguh, semeleh, mati laku, silo ora petakilan, ora yak yakan, ora gemrijigan. Sebuah tahapan untuk melakukan kontemplasi kehidupan. Tahapan untuk menenangkan diri, pikiran, dan hati. Tahapan untuk melepaskan ketakaburan, kesombongan, keakuan, jumawa, besar hati. Melepaskan amarah, meredakan gundah gulana, kesedihan yang berlarut, lelah pikir, mbundet, atau semua jenis perasaan bersalah dan putus asa. Duduk berarti tahapan menyandarkan beban dimana kita sudah merasa siap untuk bertafakkur, mensejajarkan dan mensinergikan semua kekuatan batin.

Thinking, bisa bermakna berfikir, menguras isi kepala dengan berbagai pengetahuan, pengalaman, norma susila, petuah agama, pemahaman hidup, wawasan, menajamkan espektasi, memproyeksikan masa depan. Tahapan ini menguras isi kepala untuk mencari inovasi, menimbang untung dan rugi, memperjelas maslahat dan madharat, menajamkan visi dan misi, membumikan gerakan ke depan. Tahapan ini butuh kecerdasan, kreatifitas, dan ide ide liar yang terkontrol agar tetap sebagai ulil albab.

Observation bisa bermakna pengamatan, penulusuran, mengamati yang sudah dilalui, memperhatikan rekam jejak. Tahapan ini juga bermakna assessment, kajian, bertukar pengalaman, berbagai informasi, berbagi pengetahuan. Tahapan ini butuh komparasi, pembanding, dan benar benar menjadi furqon. Musykil jika kita melakukan observasi tanpa dukungan kemampuan berfikir yang baik dalam suasana yang mendukung.

Planning bisa bermakna menyusun rencana tindak, tidak sekedar tulisan dan catatan tetapi jelas langkah dan tahapan yang akan dilakukan baik untuk diri sendiri dan sesama umat. Sifatnya kontingensi, mampu menyusun perkiraan apa yang akan terjadi dan memperhitungkan tindakan yang perlu dilakukan. Perencanaan yang baik merupakan rangkaian panjang dari tahapan-tahapan sebelumnya. Mustahil rasanya dapat menyusun rencana tindak yang baik jika kita amburadul pada tahapan sebelumnya.

No comments: